
Kasus HIV AIDS di Jember Tembus 8 Ribu, Ini Fakta-faktanya!
JEMBER, Radarjember.net - Angka kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) seperti gunung es. Yang terlihat sedikit, tetapi di balik itu, ternyata jumlahnya cukup banyak. Begitu juga di Jember. Ini fakta-faktanya.
Penanganan HIV AIDS tak boleh hanya dianggap lip service. Melainkan mesti penanganan nyata dan menjadi komitmen bersama. Sebab di sebagian masyarakat, orang dengan HIV AIDS (ODHA) masih termarjinalkan. Bukan dukungan yang didapat, namun justru stigma negatif yang terus menerus diterima.
Selama ini masyarakat masih berpikir bahwa HIV AIDS pasti ditularkan dari perilaku seks menyimpang pada komunitas lesbian, gay, biseks, dan transjender (LGBT). Padahal, penular HIV AIDS bisa melalui penggunaan jarum suntik bersamaan (penggunaan narkoba), penggunaan peralatan tato, transfusi darah yang tidak steril, penularan ibu hamil ke janin melalui plasenta, dan dari ibu menyusui melalui ASI maupun penularan dari keluarga.

Tak hanya itu, HIV AIDS juga menggerogoti remaja. Usia 15 tahun hingga 25 tahun juga banyak terjangkit HIV AIDS. Namun kasus ODHA terbanyak di rentang usia 25 hingga 40 tahun.
_1734443607.jpeg)
Di Jember, kasus HIV AIDS tak bisa dibilang sedikit. Angkanya mengejutkan. Sekitar 8 ribu kasus yang ditemukan sejak tahun 2022. Tingginya angka itu menyebabkan Jember menjadi kabupaten/kota ketiga dengan jumlah terbanyak di Jawa Timur setelah Surabaya dan Sidoarjo.
_1734443785.jpeg)
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jember, dr Rita Wahyuningsih, mengungkapkan, kasus HIV AIDS di Jember menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Rerata ada 52 kasus per bulan.
“Penemuan kasus meningkat setelah pandemi COVID-19. Karena sebelumnya gerakan aktif penemuan terhambat akibat pembatasan sosial. Tahun ini, kami mencatat 670 kasus baru,” katanya.

Dia menegaskan, tingginya angka penemuan kasus sebenarnya menunjukkan kinerja baik dalam upaya pelacakan (tracing) dan diagnosis awal. Akan tetapi upaya ini harus diimbangi dengan langkah-langkah kuratif yang konsisten agar target eliminasi HIV Indonesia tahun 2030 dapat tercapai.
Sementara itu, Ketua Yayasan Laskar Jember, Nur Hamid menjelaskan, sebagai salah satu komunitas yang konsen dan peduli HIV AIDS, pihaknya fokus pada penjangkauan populasi kunci seperti pekerja seks perempuan (PSP), lelaki seks dengan lelaki (LSL), pengguna narkoba suntik, dan komunitas LGBT.
“Kami melakukan pendampingan, home visit, serta testing rutin tiga bulan sekali di hotspot-hotspot berisiko. Selain itu, kami memastikan ODHA patuh minum obat untuk menekan tingkat penularan,” jelasnya.
Halaman
Bagikan ke: